Renungan Rohani dari Warta Jemaat

Germasa
Renungan 29 Oktober 2023

BERSAKSI DALAM KEBENARANNYA

Yehezkiel 37 : 1 – 3

Apakah yang terlintas dalam pikiran saat bangun di pagi hari. Mungkin terlintas dalam pikiran di mana kita meletakkan HP agar kita dapat membaca pesan WA atau berita. Atau terlintas rencana kegiatan hari ini, pulang dari ibadah di akan mengajak keluarga makan di restoran. Atau pernahkah terpikirkan mengapa Tuhan masih memberikan kesempatan hidup hari ini. Masingmasing kita pasti mempunyai jawaban sendiri. Jawaban yang ada dalam pikiran tentunya akan mempengaruhi gerak dan aktivitas kita.

Yehezkiel dibawa Allah ke tengah-tengah lembah yang penuh dengan tulang-tulang. Tulang-tulang menggambarkan umat Israel yang tidak berdaya akibat penderitaan pembuangan di Babel. Umat tidak berdaya, kehilangan harapan dan tidak mungkin untuk mampu lepas dari penderitaan dan hidup normal. Tuhan membawa dan memperlihatkan kepada Yehezkiel tulang-tulang tersebut dengan tujuan bahwa apa yang umat pikirkan tidak mungkin, Tuhan akan mengubah segala penderitaan tanpa harapan menjadi mungkin dan penuh harapan. Tuhan mampu dan mengetahui untuk setiap rancangan kehidupan bagi umat-Nya. Jawaban Yehezkiel Engkaulah yang mengetahui!” (ay.3) merupakan keyakinan Yehezkiel bahwa Tuhan mampu dan mengetahui yang baik bagi kehidupan (tulang-tulang) umat-Nya. Dengan demikian sebagai utusan-Nya. Yehezkiel memberikan kesaksian akan kuasa Allah. Kesaksian inilah yang menjadi penting bagi diri Yehezkiel sebagai utusan Tuhan dalam menyampaikan pesan Tuhan kepada umat.

Tuhan memberi tanggungjawab dalam diri kita. Kita selaku umat Tuhan melalui tanggungjawab yang diberikan hendaklah kita memberikan kesaksian hidup berdasarkan kasih dan kebenaran Tuhan. Tidak harus dengan kata-kata yang keluar dari mulut, tetapi bisa melalui panggilan tanggungjawab berdasarkan pengalaman hidup yang di dasarkan kepada kehendak Firman-Nya. Selamat beraktivitas dan bersaksi bagi kemuliaanNya.

Renungan 22 Oktober 2023

DARI ELIA KEPADA ELISA

2 Raja-Raja 2 : 1 – 5

Pada umumnya siklus hidup adalah “Selamat datang dan “Selamat berpisah”. “Selamat berpisah” untuk hal lama, agar kita bisa mengucap “Selamat datang” untuk hal baru. Seperti halnya yang terjadi pada Elia dan Elisa dalam firman Tuhan hari ini. Proses penggantian tugas menjelang Elia naik ke sorga, dipersiapkan dengan hati terbuka. Mulai dari Gilgal, Betel dan Yerikho, Elia telah menginformasikan bahwa Elisa yang akan menggantikannya.

Bagaimana dengan Elisa? Sejak pertama ia bertemu dengan Elia ia memiliki komitmen yang kuat “…. sesudah itu bersiaplah ia, lalu mengikuti Elia dan menjadi pelayannya.” (1 Raja-raja 19:21b). Bahkan dalam ayat 2 dan 4 nampak dalam jawabannya ia tidak akan meninggalkan Elia, ia akan selalu mendampinginya. Elisa menunjukkan kesetiaan dan komitmennya. Tentu saja pengalamannya bersama Elia tidak dapat diabaikan dalam pembentukan karakternya, karena Elia memberikan teladan. Hal-hal kecil yang positif yang dikerjakan setiap hari akan menghasilkan halhal luar biasa.

Oleh karena itu mempersiapkan generasi penerus adalah tugas kita bersama dalam Keluarga, Gereja dan Bangsa. Sikap Elia generasi tua yang menyerahkan tugas dan tanggung jawab untuk dilanjutkan, sikap Elisa mewakili generasi muda yang menerima tanggung jawab itu dengan tetap memiliki kerendahan hati.

Nabi Elia dan Nabi Elisa dihadirkan Tuhan dalam bangsa Israel bukan untuk dibandingkan siapa yang lebih kuat atau siapa yang lebih berpengaruh, melainkan untuk menunjukkan kuasa Allah yang tidak dapat dibatasi oleh usia dan waktu. Untuk itu bersyukurlah kalau saat ini kita dapat menyerahkan tugas dan tanggung jawab itu kepada penerus kita. Begitu juga bersyukurlah untuk kita yang menerima tugas dan tanggung jawab itu dengan sungguh-sungguh.

Renungan 15 Oktober 2023

BERDOALAH BERSAMA SESAMAMU

I Timotius 2 : 1 – 4

Nasihat Paulus kepada Timotius menegaskan tentang cara hidup orang percaya yang merupakan pancaran dari kehidupan berimannya. Melalui doa dan ucapan syukur untuk semua orang, maka dengan demikian orang percaya telah menunjukkan kehidupan di dalam Injil Kristus. Timotius diberi tanggungjawab dalam pe-layanan pastoralnya untuk mendampingi dan mengajar saudara-saudaranya dalam hal berdoa. Berdoa bagi sesama menjadi penting karena di dalamnya terkandung pelayanan pastoral seorang pelayan kepada yang dilayani. Panggilan untuk mendoakan itu lintas generasi, tidak hanya tertuju bagi mereka yang sudah berusia lanjut tetapi mencakup orang muda juga. Semua orang yang didoakan tersebut mencakup para pemimpin, laki-laki, perempuan, tua dan muda. Mengapa mereka perlu didoakan? Kata Paulus supaya kita dapat hidup tenang dan tentram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Rupanya dengan berdoa bagi semua orang, kita sedang berupaya membangun ketenangan dan ketentraman hidup, serta men-jaga kesalehan dan kehormatan diri.

Bagaimana dengan kehidupan doa kita? Firman Tuhan hari ini menunjukkan kepada kita bahwa kita perlu meningkatkan kehidupan doa kita. Panggilan untuk melayani lintas batas, adalah tugas pastoral setiap pelayan dan jemaat Tuhan. Di tengah budaya digital saat ini, begitu banyak kelompok masyarakat termasuk di dalamnya warga gereja yang terdampak oleh berbagai informasi gaya hidup, nilai-nilai Kristiani yang se-makin kabur dan pemahaman tentang ke-bahagiaan hidup yang keliru. Tidak sedikit yang hidup dengan angan-angan memiliki kemewahan seperti mereka yang dilihat setiap hari melalui media sosial. Pikiran dan perbuatan kita dikuasai oleh sejumlah gaya hidup, informasi dan doktrinasi yang tak terkendali. Kita perlu untuk saling mendukung dan saling mendoakan agar tercipta kehidupan yang tenang dan tentram.

Renungan 1 Oktober 2023

BERTANGGUNGJAWAB DALAM KEBAJIKAN DAN KEBIJAKSANAAN

Amsal 6 : 1 – 3

Menanggung kesusahan orang lain bukan perkara mudah, apalagi jika menyangkut hutang piutang. Menepati janji dan memenuhi tanggungjawab untuk menanggung perkara yang melibatkan diri kita, adalah bentuk kedewasaan diri seseorang baik mental maupun spiritual.
Pembacaan kita hari ini, berhubungan dengan penanggungan seseorang atas hutang sesamanya. Hutang piutang tersebut tidak hanya terkait dengan uang tetapi perkara lainnya juga. Salomo berpesan pada anaknya, jika dia terlibat dalam perkara sesamanya dan telah sepakat menjadi penanggungnya, maka ia harus menyelesaikan perkara tersebut. Jika seseorang terjebak dalam tanggungjawab yang harus dilakukan orang lain, maka harus terima konsekuensinya. Ketika kita mengambil tanggungjawab untuk menyelesaikan perkara orang lain, maka yang sedang kita pertaruhkan adalah reputasi kita. Mengapa? Karena kita merepresentasikan Kristus dalam segala hal yang kita lakukan. Salomo menyampaikan pesan berikutnya yaitu, setiap orang bertanggungjawab atas perkataan dan perbuatannya, harus menyelesaikan perkara secara damai dan penuh kerendahan hati. Saudaraku, dalam hidup ini kita memiliki relasi dengan sesama dan ada konsekuensi dari relasi itu. Kita memiliki keterkaitan tanggungjawab dengan anggota keluarga, persekutuan dan masyarakat. Orangtua bertanggung jawab terhadap anaknya, sebaliknya anak juga terikat tanggungjawab kepada orangtua. Tanggungjawab tersebut meliputi berbagai aspek, kehidupan yang layak, menjaga dan merawat atau dalam bentuk lain. Kita terpanggil untuk memenuhi tanggungjawab tersebut dengan sepenuh hati namun dengan tetap waspada, agar tidak terjebak pada hal-hal yang sulit untuk memenuhi tanggungjawab tersebut. Amsal membekali kita dengan nasihat agar kita bertindak bijak dalam menjalankan tanggungjawab yang dipercayakan kepada kita. Menolong atau membantu orang lain adalah sebuah kebajikan, tetapi waspada, teliti serta cerdas dalam membuat keputusan adalah sikap bijak.

Renungan 24 September 2023

WUJUD SEJATI, KAGUM DAN SYUKUR KITA

Mazmur 104 : 1 – 9

Betapa senangnya kita apabila berwisata dapat menghayati dan menikmati indahnya alam tempat kehidupan segala makhluk. Udara yang bersih dan sejuk, suara burung atau hewan hutan lainnya, air terjun atau desiran ombak di pantai. Itulah mungkin alasan bagi orang-orang kota yang memanfaatkan waktu libur dengan pergi ke gunung atau pantai. Mereka ingin menikmati kehidupan yang alamiah dan indah. Pada ayat 1-4, umat Allah diajak untuk memuji dan mengagumi karya keselamatan (penciptaan) Allah. Keluhuran dan keagungan Allah terlihat pada langit, awan, angin dan kilat yang dapat dipakai Allah untuk menyatakan/melaksanakan kehendak atau hukuman- Nya. Sedangkan ayat 5-9, terfokus pada ciptaan Allah yang ada di bumi. Samudera sebagai lambang kekuasaan kuno mau menggagalkan karya Allah kini ditaklukkan dan diatur oleh Allah. Bumi menjadi tempat yang aman dan tentram bagi segala makhluk. Hasil kemenangan Allah atas kekuasaan samudera justru dapat mendukung pemeliharaan bagi kehidupan di atas bumi (ay. 10-13). Berkat ketersediaan air yang melimpah, TUHAN membuat bumi menghasilkan segala sesuatu yang diperlukan oleh manusia, binatang, dan tumbuhan (ay. 14-18).
Bumi ciptaan TUHAN kini sudah tidak indah dan alamiah lagi. dan kita hidup di dalamnya. Mengagumi dan mensyukuri karya keselamatan (pemeliharaan) Allah atas alam, sesungguhnya memanggil kita untuk membaharui pemahaman dan perilaku atas ciptaan Tuhan. Keserakahan dan perusakan alam melalui perilaku ekonomi berskala kecil dan besar serta perilaku sehari-hari yang merusak, sudah seharusnya tidak kita lakukan lagi. Sebaliknya, perilaku bersahabat dan berperi kehidupan kepada alam adalah wujud sejati rasa kagum dan syukur kita kepada Allah.

Renungan 17 September 2023

UTAMAKAN “MAKANAN” ROHANI

Yohanes 6 : 25 – 26

Kita hidup di dunia yang semakin ganas dan di negeri yang cukup keras. Karenanya bisa saja kita merasa sangat lelah, tak berdaya dan kehilangan semangat hidup, kendati dalam hal makanan dan minuman, pakaian dan perumahan kita sudah berkecukupan. Di tengah situasi yang demikian, firman Tuhan saat ini sangat bermakna: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.” Mengapa Tuhan Yesus berkata demikian dan apa maksudnya?
Setelah peristiwa pemberian makan 5000 orang (Yoh.6:1-15), banyak orang tetap mencari Yesus. Mereka terkejut karena Yesus telah berada di Kapernaum. Lalu, Yesus berterus terang kepada mereka bahwa mereka mencari-Nya bukan karena mereka telah melihat tandatanda, Sesungguhnya mereka mau tetap bersama dengan Yesus, karena mereka ingin mendapatkan pemenuhan kebutuhan hidup lainnya. Sebab hal itulah yang baru saja mereka alami dan dapatkan dari Yesus yakni kebutuhan akan makanan (roti dan ikan) dan memakannya sampai kenyang (ay. 26).
Pemenuhan kebutuhan primer yakni makanan begitu perlu dan penting bagi tiap orang. Namun demikian, pemenuhan akan kebutuhan “makanan rohani – bukan hanya makanan jasmani juga sangat perlu dan penting. Sebab makanan rohani, yakni kehendak Tuhan di dalam firman-Nya dapat memotivasi dan mengarahkan perilaku hidup kita di sepanjang hari ini agar berguna dan bermanfaat bagi sesama. Bukankah makanan jasmaniah diperlukan agar kehidupan orang percaya yang dijalani, dimotivasi, dan diarahkan oleh firman Tuhan (makanan rohani) dapat memberikan kebaikan bagi sesama ciptaan?

Renungan 10 September 2023

UBAH SIKAP

Lukas 18 : 15 – 17

Dua penjual sepatu tiba di sebuah pulau. Yang pertama melihat penduduk asli tidak memakai sepatu. Dia berpikir, “Mengapa mereka mengirim saya ke sini? Tidak ada pasar untuk sepatu di sini!” Yang kedua melihat penduduk asli tidak memakai sepatu, dan berpikir, “Wow! Semua orang membutuhkan sepatu dan seluruh pasar adalah milikku.”
Lukas menempatkan cerita Yesus menyambut anak-anak kecil di antara perumpamaan orang Farisi dengan pemungut cukai dan perjumpaan Yesus dengan orang muda yang kaya. Dasar pikiran pasal 18 tentang Kerajaan Allah. Dan menurut Lukas 17:11, Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Kemungkinan terbesar para orang tua dari desa sekitar yang Yesus lalui membawa anak-anak kecil (18:15a). Mengapa mereka membawa anak-anak kepada Yesus. Kabar tentang Yesus telah tersebar, khususnya penyembuhan kesepuluh orang kusta (17:11-17). Para orang tua membawa anak-anak agar Yesus “menjamah” anak- anak (18:15a). Anak-anak kecil dalam budaya pada waktu itu (juga pada waktu kita) di anggap sebagai manusia yang paling tidak berarti; Anak-anak dianggap beban sampai menjadi kuat secara fisik untuk berkontribusi pada keluarga. Anak-anak bisa menjadi merepotkan atau menjengkelkan. Tidak heran bila murid murid bereaksi “memarahi” para orang tua yang membawa anak-anak kecil itu (18:15b). Tetapi Yesus menegur murid-murid-Nya (18:16): “barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” (18:17).
Relasi dengan Allah harus dibangun seperti anak kecil, bergantung dan mempercayai sepenuhnya. Itulah sikap iman yang dituntut (banding: sikap orang muda yang kaya; 18:18-27). Merubah sikap dari yang ritual-formal (seperti perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai; 18:9-14) kepada yang etika fungsional yaitu mengasihi dengan kesungguhan.

Renungan 3 September 2023

INTEGRITAS

Ayub 2:1-10

Setiap akhir pekan seorang pria mengajak anaknya untuk memancing. Pada hari sabtu mereka berangkat pagi-pagi. Sebagaimana kebiasaan pria itu, ia selalu mampir membeli koran. Setelah di tempat memancing, pria itu baru sadar ia telah mengambil dua eksemplar koran. Anaknya berkata: “Biar saja, toh penjual koran tidak mengetahui.” Namun sang ayah berkata: “Ayo, kita kembali ke depot koran mengembalikan yang bukan milik kita. karena kita membayar untuk satu eksemplar.”
Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur, ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (1:1). Tuhan bangga akan kesalehan Ayub (2:2-3), Setan menganggap karena Tuhan melindunginya. “..jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu” (2:4-5). Respon Tuhan menunjukkan bahwa Tuhan mempercayai Ayub untuk membuktikan bahwa Setan salah (2:6). Penderitaan Ayub semakin berat, tubuhnya sendiri harus memikulnya (2:7-8). Isteri Ayub berujar: “Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” (2:9). Seluruh Alkitab bersaksi tentang keinginan Allah untuk berhubungan dengan dunia dan khususnya dengan manusia. Tetapi kita berulangkali gagal mengasihi Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap kekuatan (Ul. 6:5). Ayub memenuhi perintah itu; dia adalah orang yang memiliki integritas dan iman yang sempurna. “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” (2:10).
Integritas adalah tiang penopang di segala sendi kehidupan. Apalagi di tengah perubahan cepat dalam teknologi dan budaya campuran di era ini. Kita terpanggil menjaga integritas diri selaku anak-anak Tuhan. Hanya dengan pertolongan Roh Kudus kita akan dimampukan

Renungan 27 Agustus 2023

BERPADU DALAM KEHARMONISAN CIPTAAN

Kidung Agung 2: 8- 13

Kita pasti pernah mengungkapkan rasa suka, rasa cinta atau rasa kagum kepada seseorang. Ungkapan yang didasarkan pada pengakuan kita karena rasa senang, kemampuan yang dimilikinya atau rupanya yang cantik atau ganteng. Ungkapan memuji-muji ini hampir mewarnai seluruh isi kitab Kidung Agung. Ungkapan yang dinyatakan baik mempelai lakilaki maupun mempelai perempuan yang saling mencintai dan mengasihi.
Kidung Agung 2:8-13 ini merupakan ungkapan mempelai laki-laki atas kehadiran mempelai perempuan. Mempelai laki laki memuji-muji karena kegirangan kehadiran kekasih hatinya… melompat-lompat dan meloncat-loncat…(ay.8). Kehadiran yang tidak hanya memberi sukacita tetapi hilanglah seluruh masalah yang ada (ay.11) juga dampak kebaikan yang akan diberikan dan dialami (ay.12-13). Pujian yang saling memuji diantara kedua kekasih menjadi gambaran atas ungkapan kepada Allah yang menghadirkan seluruh alam ciptaan bagi kehidupan umat-Nya. Ada rasa kagum dan takjub atas seluruh alam ciptaan Tuhan. Ungkapan inilah yang menjadi rasa syukur dan pengakuan kepada Allah yang tidak hanya sebagai sang pencipta, namun kehadiran-Nya membawa dampak bagi umat yang percaya. Allah mampu menghalau dan menghilangkan setiap persoalan dan pergumulan hidup. Allah akan memberi wama. kelegaan dan kebaikan sejati karena Dialah yang memiliki kuasa.
Kidung Agung memberi pesan melalui ungkapan saling memuji diantara pasangan mempelai ini agar kita patut memuji dan memuliakan Allah atas segala karya ciptaanNya. Ciptaan yang Allah hadirkan memberi kedamaian dan hasil bagi umat. Kita menjadi umat yang tidak hanya menganggumi tetapi mampu menjaganya bagi kelangsungan kelestarian alam generasi anak- cucu kita. Sebelum memulai seluruh kegiatan hari maka dalam persekutuan hari Minggu, kita diajak menengok ke luar disekitar kita dan nyatakanlah pujian hanya kepada-Nya.

Renungan 20 Agustus 2023

MENJADI BERKAT

Lukas 20 : 1 – 4

Pada suatu hari ketika Yesus mengajar orang banyak di bait Allah dan memberitakan Injil, datanglah imam imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta tua- tua ke situ, (ay.1)
Kita baru saja memperingati HUT RI ke 78 Tahun. Perayaan yang dilakukan dengan penuh syukur dan bahagia. Rasa Syukur dan Bahagia, karena Kristuslah yang memberikan kemerdekaan bagi bangsa dan negara kita. Oleh sebab itu, sudah menjadi tugas setiap warga negara untuk menjaga dan memelihara keutuhan bangsa sehingga tidak mudah dipengaruhi ajaran negatif yang merusak keutuhan bangsa ini. Oleh sebab itu, masyarakatnya perlu dipersiapkan dengan baik melalui pengajaran maupun pendidikan, sehingga mengerti dan memahami bahwa perbedaan itu sebagai kekayaan yang dimiliki bangsa dan negara Indonesia sebagai keunikan yang mempersatukan.
Dalam bacaan saat ini, Yesus tidak hanya menebus dosa manusia, tetapi juga pengkhotbah Injil-Nya sendiri. Kabar baik dan pengajaran yang disampaikan serta dilakukan Yesus menuai pertanyaan yang mencoba menjebak Yesus dari para imam dan ahli Taurat. Mereka meragukan kuasa Yesus. Meskipun mereka datang dalam rombongan, yang terkesan menakuti Yesus, namun Yesus tidak takut dan mampu mengendalikan amarah-Nya; karena ia memiliki kuasa untuk menahannya. Sebab itu, pertanyaan balik Yesus telah membungkamkan para imam dan ahli Taurat.
Belajar dari kisah ini, gereja sebagai alat dalam memberitakan Injil Yesus Kristus, tidak perlu takut dan gentar dalam menghadapi tantangan yang berusaha memecah belah kesatuan. Gereja hadir sebagai pembawa berkat dan damai bagi umat serta bangsa dan negara. Oleh sebab itu, kita dituntut untuk berpegang pada ajaran Kristus mengenai kasih yang menyatukan dan menyempurnakan dalam kata dan tindakan.

Renungan 13 Agustus 2023

BERBEDA TETAPI SATU

Efesus 4 : 1 – 7

Indonesia memiliki 37 propinsi dengan ± 1.340 suku, 2.500 bahasa daerah serta 6 agama, yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Menyatukan keberagaman ini, tidaklah mudah. Perjuangan di masa lalu, serta kebersamaan untuk memerangi para penjajah, secara tidak langsung mengikat keberagaman ini menjadi satu. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika, mempertegas bahwa meskipun berbeda, Indonesia tetap satu. Demi mewujudkan dan mempertahankan keberagaman tersebut, maka nilai saling menghormati dan menghargai perlu ditingkatkan dan dipertahankan demi menjaga keutuhan bangsa Indonesia.
Rasul Paulus dalam bacaan ini, menasihati jemaat di Efesus agar mereka hidup berpadanan sebagai orang-orang Kristen yang baik, sesuai dengan pengakuan dan panggilannya. Sebab, jemaat Efesus masih melakukan penyembahan kepada Dewa Yunani, Artemis (Dewa Kesuburan). Lebih lanjut, Rasul Paulus menasihati agar jemaat Efesus memiliki sikap hidup sebagaimana Kristus yang menunjukkan kasih sebagai bagian yang mempersatukan manusia dari berbagai latar belakang yang berbeda. Kesatuan di antara jemaat Efesus, perlu dijaga dan dipertahankan dengan memiliki sifat rendah hati, sabar, dan juga lemah lembut, sehingga tidak terjadi perselisihan dan perpecahan dalam jemaat.
Dengan demikian, ketaatan kepada Kristus memberi dampak kehidupan bersama dalam membangun dan memelihara kebersamaan. Kesadaran bahwa kita hidup berdampingan dengan yang berbeda baik suku, budaya, bahasa, agama, kepercayaan bukan untuk memisahkan melainkan menyatukan Di pihak lain, perbedaan itu mengajarkan banyak hal terkait sikap hidup untuk saling menghormati dan menghargai sebagai wujud cinta Kristus dalam kehidupan ini.

Renungan 6 Agustus 2023

PENENTU PERFORMA KITA

1 Samuel 9: 1- 2

Bagaimana mengukur suatu kepemimpinan dan pemerintahan itu baik? OHCHR (Office of the United Nations High Commissioner Human Rights) yang merupakan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa khusus untuk mempromosikan dan melindungi hak-hak asasi manusia(HAM) yang ada dalam hukum internasional dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia mengatakan, Nilailah dari apakah pemerintah secara efektif menjamin hak atas: layanan Kesehatan, perumahan yang layak, ketersediaan pangan yang cukup, pendidikan berkualitas, juga keamanan dan keadilan. Pemerintahan yang baik dapat dilihat dari transparansi, integritas, penegakan hukum, kebijakan yang efektif, partisipasi, akuntabilitas, cepat tanggap, juga bersih dari korupsi. Sangat ideal bukan? Ya, dalam hidup bernegara harus memilik visi yang ideal.
Narasi pengurapan Saul menjadi raja dimulai dengan suatu penilaian atas penampilan fisik dirinya. Ia memiliki penampakan luar biasa dibanding laki-laki bangsawan Israel lainnya. Sayangnya penampilan memang tidak bisa menjadi ukuran kualitas kepribadian. Dalam narasi selanjutnya diketahui bagaimana kejatuhan Saul dari kekuasaannya. Tidak ada pemimpin yang sempurna. Alkitab secara jujur dan terbuka mengungkapkan sepak terjang para pemimpin Israel dengan segala kekuatan dan kelemahannya, Pemerintahan dimanapun pasti memiliki kelemahan. Namun, yang penting adalah sikap dan respons terhadap pemerintah tergantung pada baik buruknya performa mereka. Cara merealisasikan hidup sebagai warga negara ditentukan oleh relasi kita dengan Tuhan. Sebab jati diri orang beriman terletak pada spiritualitasnya, sehingga cara menyikapi apapun dan siapapun merupakan suatu keputusan spiritual. Tampillah dengan visi dan sikap yang elok di kancah kewarganegaraan, bukan karena seorang pemimpin pantas atau tidak pantas menerimanya; melainkan karena Tuhan layak mendapatkan yang baik. Penentu peforma hidup orang percaya adalah elemen citra Allah yang ada pada dirinya.

Renungan 30 Juli 2023

SELAMAT BERHIKMAT!

Amsal 7 : 1 – 2

Berusia muda sering dianggap kurang pengalaman, ‘masih hijau’. Ada persepsi umum bahwa mereka yang senior dan telah banyak makan asam garam lebih bijaksana. Pemikiran ini layak dikoreksi. Tidak sedikit orang berpengalaman tetapi kekurangan hikmat. Kemudaan tidak membatasi kebijaksanaan seseorang. Pemazmur mengingatkan bahwa orang-orang muda bisa memiliki hidup yang bersih, yaitu dengan cara menjaganya sesuai firman Tuhan (Mz 119:9-16). Bagi Bazerman (2020) para pemuda dapat menciptakan dunia yang lebih baik dengan cara membuat keputusan-keputusan cerdas untuk bertindak demi pemenuhan diri sekaligus membuat lingkungan di sekitar menjadi lebih baik. Dan itu semua dimulai dengan mengubah paradigma sehingga dapat terjadi perubahan perilaku.
Kitab Amsal banyak mengingatkan orang-orang muda untuk mematuhi didikan orang tua dan rajin mengejar hikmat. Didikan dan ajaran membentuk paradigma berpikir. Kedua hal ini merupakan syarat untuk mencapai kearifan. Tanpa perubahan paradigma, seseorang hanya akan bertindak sama sehingga memperoleh hasil yang juga sama, tidak perduli seberapa besar hasratnya akan perubahan.
Pada tahun ini Gerakan Pemuda GPIB memasuki usia ke-73. Kitab Amsal mengingatkan kita para pemuda untuk belajar lebih banyak. Kejar pengalaman dan petik hikmat. Bangun perspektif-perspektif ilahi dan lakukanlah. Bantu orang lain untuk mencapai keberhasilan dalam hidup mereka. Kembangkan strategi untuk bersama-sama dapat mencapai kematangan dan keindahan hidup. Semakin banyak belajar maka kita akan semakin berpengalaman. Semakin kita berpengalaman maka kitapun semakin dapat berbagi. Kala kita semakin berbagi maka hidup kita pun akan bertambah subur. Demikianlah siklus yang terjadi dalam kehidupan. Selamat ulang tahun GP GPIB. Selamat belajar! Selamat membuat keputusan cerdas dan bijak yang membarui!

Renungan 23 Juli 2023

KEMURAHAN HATI DAN KEBAIKAN MENJADI NYATA

lbrani 13:1-3

Ada pepatah yang mengatakan, “Jika kita membeli sepatu baru, berikanlah sepatu lama kita kepada mereka yang membutuhkan “supaya rantai kehidupan tidak terputus dan kebaikan bergulir terus. Ada banyak cara untuk mengupayakannya. Berbela rasa, berbagi kasih, demikianlah kita menyebutnya, dan berbagai istilah lainnya. Tentunya lewat kehadiran kita dunia menjadi lebih baik.
Saudara, kehidupan ini semakin hari semakin sulit. Rupa-rupa peristiwa mewarnai dunia ini dan beragam kejadian silih berganti. Oleh karena itu, kehidupan antar umat manusia harus diperkokoh. Kebaikan harus menang dari kejahatan. Kebaikan harus lebih kuat dari kelaliman. Kebaikan umat manusia tidak boleh tergerus oleh arus kehidupan. Kebaikan harus terus mengalir. Dibutuhkan upaya yang serius untuk melakukannya. Minta Roh Allah memampukan kita. Dikatakan lebih lanjut, seperti menjamu malaikat-malaikat. Tepatlah yang dikatakan dalam surat ini bahwa kita harus memelihara kasih persaudaraan arena kadang-kadang kita tidak berdaya di arus kehidupan ini. Kita harus saling mendoakan, menguatkan dan menopang satu terhadap yang lain. Kita mungkin berbeda suku bangsa, bahasa, berbeda keyakinan tetapi kita bisa bersatu padu – berjuang bersama – mengupayakan kehidupan nan indah permai di dunia. Kita saling mengulurkan tangan. Seperti kata firman Tuhan, yang kuat menanggung yang lemah.
Refleksi kita hari ini: Ketulusan diasah, kebesaran hati diperluas dan keikhlasan perlu dipertajam. Jangan kita tergerus oleh berbagai macam gesekkan, bisikan, godaan yang menjerumuskan kita dan membuat kita terpecahpecah. Allah sumber kebaikan menyertai kita sekalian.

Renungan 16 Juli 2023

BELAJAR DARI YESUS YANG MAU MENDENGAR

Lukas 7:1-8

Pembacaan Alkitab hari ini menunjukkan 3 hal. Pertama, Yesus yang mau mendengar. Kedua, perwira yang rendah hati dan ketiga, orangorang yang siap membantu. Betapa menakjubkan apa yang terjadi. Yesus seakan-akan tidak terganggu ketika orang tua-tua Yahudi meminta Yesus datang ke rumah perwira untuk menyembuhkan hambanya yang sakit dalam kisah ini. Yesus tidak memedulikan apa kata orang jika la berkunjung ke rumah perwira tersebut. Bagi Yesus, keselamatan itu jauh lebih penting. Menolong orang itu yang utama. Saudara, Yesus akan berhenti ketika mendengar seruan minta pertolongan. Nyatanya, Yesus bergegas ke sana tanpa ragu walau di tengah jalan mereka bertemu dengan sahabat-sahabat yang diutus oleh perwira tersebut. Di sana pun Yesus tetap menunjukkan sikap yang mau mendengarkan. Dari perjumpaan tersebut Yesus mengatakan, “Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekali pun di antara orang Israel!” Luar biasa. Mereka tidak pernah bertemu, tidak saling kenal. Mereka tidak sedang bertatap muka namun Yesus melihat jauh ke dalam hati perwira tersebut. Tidak ada yang dapat membatasi perbuatan Yesus. Lihatlah hamba perwira itu pun menjadi sembuh. Demikianlah catatan penting untuk kita bahwa kasih Yesus dapat menjangkau kita di mana pun kita berada. Siapa pun dapat mengalami kasihNya. Tidak kurang panjang tangan-Nya untuk meraih kita. lngatlah bahwa la juga mengirimkan orang-orang yang akan membantu dan menolong kita. Oleh karena itu, jangan pernah bergeser pengharapan kita kepada Yesus

Renungan 9 Juli 2023

FOKUS PADA FIRMAN-NYA

Mazmur 119 : 89-96

Martin Luther tokoh reformasi pernah mengatakan bahwa, “Alkitab itu hidup, ia berbicara kepada saya; memiliki kaki mengejarku; memiliki tangan memegangku. Alkitab tidak antik atau modern tetapi abadi.” Pernyataan ini mengungkapkan bahwa sebagai Firman Tuhan Alkitab itu tetap relevan, tetap stabil, tidak goyah. Firman Tuhan itu punya kuasa yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Ketika Firman Tuhan bersemayam dalam kehidupan orang percaya, maka persoalan-persoalan yang datang silih berganti tidak akan mudah menggoyahkan hidupnya, karena Firman Allah yang tak terbatas dan lekang oleh waktu dapat selalu diandalkan untuk menentramkan hatinya. Di tengah ketidak pastian hidup orang yang menuruti hukumhukum-Nya akan tetap stabil. Setelah mengakui dan memuji Tuhan atas keagungan karya-Nya, pemazmur mengalihkan fokus pada diri dan situasinya sendiri. Ia berceritera tentang apa yang dapat membuatnya bersuka dan apa yang bisa mengancam dirinya. Menurut pemazmur, Seandainya Firman Tuhan tidak menjadi kesukaannya pastilah dia binasa dalam kesengsaraan. Kesulitan dan kesusahan hidup pernah dialami pemazmur tetapi kegemaran akan Taurat Tuhan (firman Tuhan) tidak membuatnya binasa dalam kesengsaraannya. Firman seakan memiliki kaki untuk mengejarnya sehingga tidak terjatuh dalam sengsara dan tangan yang memegang membuatnya terlepas dari sengsara. Orang percaya yang menyukai Firman Tuhan tidak terbebas dari persoalan hidup. Mereka bisa saja menjadi target serangan orang lalim tetapi titah-titah Tuhan akan tetap menghidupkannya. Kata pemazmur ‘Orang-orang fasik menantikan aku untuk membinasakan aku; tetapi aku hendak memperhatikan peringatan-peringatanMu’. Ketika realita hidup sarat akan penderitaan, batas-batas kesempurnaan sebagai manusia tidak menawarkan penyelesaian persoalan, jangan berpaling dari hukum-hukum-Nya. Tetaplah fokus mengerjakan kehendak-Nya dan nantikanlah keselamatan yang datang dari pada- Nya.

Renungan 2 Juli 2023

BAHAGIA BERSAMA-NYA

Mazmur 119 : 1-8

Secara umum, setiap manusia berharap dapat hidup dalam suasana bahagia yaitu keadaan atau perasaan senang dan tenteram, bebas dari hal-hal yang menyusahkan.

Salah satu web situs internet menulis tentang Skandinavia sebagai kawasan dengan penduduk paling bahagia di dunia. Lima resep untuk bahagia menurut mereka adalah: (1) Hygge yaitu ‘kesenangan jiwa’ maksudnya kita tidak perlu terus-menerus mempersalahkan diri saat melakukan kesalahan (2) Lagom, artinya tepat atau optimal. Filosofi ini berbicara tentang kesehatan dan keseimbangan tubuh; (3) Sisu yaitu harus bertahan hingga akhir saat menghadapi tantangan hidup; (4) Fika, yang mengajarkan orang untuk beristirahat sejenak dari beban tekanan hidup yang kita hadapi; (5) Lyyke, secara sederhana berarti kebahagiaan. Meik Wiking mendefinisikan kebahagiaan dalam enam kategori: kebersamaan, uang, kesehatan, kebebasan, kepercayaan dan kebaikan.

Jika Skandinavia mempraktikkan lima resep untuk membangun hidup bahagia, maka konsep bahagia menurut Mazmur 119:1-8 adalah jika manusia hidupnya tidak bercela. Untuk hidup tidak bercela, mereka harus menuruti hukum Tuhan, memegang peringatan-peringatan-Nya, mencari Tuhan dengan segenap hati, tidak melakukan apa yang jahat. Hidup berpegang dengan sungguh sungguh pada ketetapan Tuhan tidak akan membuat seseorang mendapat malu. Sebaliknya orang akan bersyukur dengan hati jujur jika dalam hidup mereka suka mengamatamati kehendak-Nya.

Berdasarkan konsep bahagia menurut pemazmur maupun negara Skandinavia, nampak bahwa hidup bahagia tidak terbangun dengan sendirinya tetapi harus ada usaha. Menata diri berbasis nilai nilai kehidupan adalah syarat untuk mewujudkan hidup bahagia. Bagi pemazmur melakukan kehendak Tuhan adalah syarat utama hidup bahagia karenanya ia memohon kepada Tuhan “janganlah tinggalkan aku sama sekali”. Mau bahagia? Berusahalah hidup memberlakukan kehendak-Nya dan jangan tinggalkan Tuhan Allahmu.

Renungan 25 Juni 2023

TRENDSETTER MURID KRISTUS

Efesus 5 :1-5

Kata ‘trendsetter’ dan ‘influencer’ adalah dua istilah gaul yang digunakan di media sosial, dalam pengertian seseorang yang bisa jadi panutan atau membawa pengaruh besar bagi orang lain untuk ditiru dalam berbagai kesempatan. Baik itu gaya berbicara, fashion, content, dan lain sebagainya di era dunia digital. Seorang “trend setter” atau “influencer” berperan besar dalam pola pikir dan perilaku pengikutnya.

Nas saat ini berbicara tentang nasihat Rasul Paulus kepada orang percaya agar mereka menjadi penurut, peniru Allah. Nasihat yang nampaknya sederhana, namun sulit dilakukan. Menjadi penurut Allah berarti menjadi orang yang meniru Kristus. Meniru kasih-Nya yang tanpa syarat di kayu salib. Pengorbanan Kristus menjadi persembahan harum serta berkenan di hati Allah. Dengan demikian sikap hidup yang harus nyata adalah memancarkan kasih-Nya dan menjaga kekudusan hidup. Meniru dan menuruti Kristus, menjadikan kita tidak mudah jatuh ke dalam kesalahan dan dosa.

Saat ini, tidak sedikit orang Kristen mengikuti dan meniru trend atau pengaruh dunia. Jika hal itu membawa dampak positif dan membangun iman, baik adanya. Sebaliknya jika pengaruh negatif dan membawa dosa, seperti semua bentuk kejahatan, penyalahgunaan obatobatan/narkoba, perbuatan cabul, keserakahan, perkataan kotor tidak patut dilakukan umat-Nya. Di tengah maraknya tawaran trend masa kini, mana yang harus diikuti? Paulus mengingatkan bahwa hanya Kristuslah yang menjadi panutan kehidupan. Mulailah dari diri sendiri dan keluarga karena keluarga yang kuat akan membentuk persekutuan yang tangguh. Karena itu, kita ditantang untuk menghidupi karakter Kristus melalui seluruh aspek kehidupan. Ingatlah juga, bagi setiap orang yang tidak taat pada Tuhan, bersiaplah untuk tidak mendapatkan bagian di dalam kerajaan-Nya

Renungan 18 Juni 2023

KOTA KUDUS DAN KEKAL

Wahyu 21 : 1-4

Pada mulanya semesta dan dunia beserta isinya diciptakan Allah mulia adanya. Akibat manusia jatuh ke dalam kesalahan dan dosa, maka manusia dan ciptaan Allah lainnya terkena hukuman dan kehilangan kemuliaannya. Kerinduan dan harapan untuk mendapatkan kembali langit baru, dan bumi baru menjadi penekanan dalam pembacaan Alkitab hari ini. Di dalam bacaan kita, Yohanes mendapatkan penglihatan di Patmos mengenai langit dan bumi yang baru.

Gambaran nubuatan apokaliptik (bahasa Yunani: “Apokalypsis”, berarti: penyingkapan kain penutup/cadar), digunakan sebagai penyingkapan kepada orang-orang tertentu yang mendapatkan hak istimewa atas sesuatu yang tersembunyi dari umat manusia pada umumnya. Yohanes memberi penguatan iman kepada orang percaya yang sedang mengalami masalah, penindasan bahkan penganiayaan oleh kekaisaran Romawi yang bertindak kejam (Wahyu 1.2-3) Orang orang Kristen disiksa dan dikejar-kejar karena kepercayaan mereka kepada Yesus Kristus sebagai Anak Allah. Penglihatan yang disingkapkan melalui Yohanes, menunjuk pada perjanjian yang terikat antara Tuhan dan orang percaya (Ay.3).

Hal tersebut menjadi dasar pengharapan jemaat. Yerusalem baru menjadi pengharapan, kebahagiaan kekal bagi orang percaya. Berbagai bentuk penderitaan, ratap tangis, air mata bahkan dukacita dan maut tidak akan ada lagi. Tuhan dalam kemuliaanNya akan memerintah atas orang beriman selama-lamanya.

Pada akhir zaman, segala penderitaan dan pergumulan akan berlalu dan Kristus akan mengaruniakan keselamatan kekal, serta sukacita abadi kepada orang percaya. Mereka semua akan hidup selama-lamanya di langit dan bumi yang baru, yakni Kota Kudus dan Kekal. Tugas kita saat ini ialah tetap menjaga kehidupan yang ramah lingkungan, memanfaatkan Sumber Daya Alam dengan baik karena dari dalamnya, terpancar kemuliaan Allah bagi seluruh ciptaan.

Renungan 11 Juni 2023

DIHUKUM ATAU DIKASIHI?

Yesaya 34 :1-8

Armagedon adalah sebuah film fiksi-ilmiah tentang bencana akhir zaman, telah meraih Academy Award tahun 1998 ( Wikipedia ). Film yang seru dan menegangkan ini bercerita mengenai peristiwa besar yang akan terjadi yaitu, asteroid raksasa akan menghantam bumi dalam waktu kurang dari tiga minggu. Film ini menggambarkan bencana besar yang akan mengakibatkan kepunahan semua makhluk hidup di bumi. Sekelompok orang menemukan ide untuk meledakkan inti asteroid dengan nuklir dan terbelah dua, sehingga tidak berakibat fatal jika sampai ke bumi.

Yesaya menyampaikan nubuatan kepada umat, agar mendengar dan memperhatikan hal-hal yang Tuhan sampaikan kepada mereka. Hal yang harus didengar adalah kemurkaan Tuhan yang menumpas mereka. Bencana di langit terjadi bagaikan perang Armagedon’, langit, matahari, bulan, bintang akan hancur. Semua ciptaan akan musnah. Apa yang mendorong panas hati? Rupanya keangkuhan dan dosa pemberontakan bangsa Edom telah menjadi penyebab penghakiman Tuhan dilakukan atas mereka dan hal tersebut mewakili semua bangsa (ay 4-7). Sudah waktunya Tuhan melakukan pembalasan sebagai bentuk pembelaan-Nya atas Sion, umatNya (ay.8).

Tuhan dengan berbagai cara menyatakan kasihNya kepada umat, dan sekaligus memberi peringatan bahkan berita hukuman kepada manusia. Sesungguhnya Tuhan menghendaki umat hidup dalam kasih-Nya dan bukan murkaNya. Namun, umat sering menolak Tuhan dan memberontak kepada-Nya. Sampai pada batas waktu, Dia menentukan pembalasan terhadap semua kejahatan manusia. Seruan untuk mendengarkan berlaku bagi semua orang, segala ciptaan. Perhatikan ungkapan kata “bumi” dan “segala isinya” memberi makna bahwa Kasih Allah berkelanjutan bagi seluruh ciptaan-Nya. Ada waktunya Tuhan Allah menunjukkan kedaulatan Nya atas semua bangsa dan ciptaan dengan harapan mereka dapat berbalik kepada Allah serta hidup memancarkan kemuliaan-Nya.

Renungan 4 Juni 2023

KESETIAAN MEMBAWA BERKAT

Kejadian 26: 12-224

Janji Tuhan adalah kepastian yang dapat kita pegang, kapanpun dan dalam hal apapun. Ketika hidup terguncang, janji Tuhan adalah kekuatan kita. Sama hal nya dengan janji Tuhan pada Abraham, dan Ishak anak Abraham. Janji Tuhan tergenapi pada saat kelaparan melanda. Janji Tuhan adalah “Aku akan melindungi dan memberkatimu. Aku akan menepati janji yang Kuberikan kepada Abraham ayahmu. Aku akan memberikan anak cucu sebanyak bintang di langit, dan seluruh wilayah ini akan Kuberikan.” Tuhan memberkati Ishak karena kesalehan dan kesetiaan ayahnya pada Tuhan. Janji Tuhan menjadi kekuatan bagi Ishak dan keluarganya ketika menghadapi kelaparan. Janji Tuhan dijadikan tumpuan masa depan mereka.

Ishak tidak mengikuti keinginan hatinya untuk pergi ke negeri lain, yaitu Mesir. la mendengarkan suara Allah untuk tetap tinggal di negeri orang Filistin. Ketaatannya pada perintah Tuhan dan keberaniannya untuk hidup atas petunjuk Tuhan, membuatnya tetap tinggal dalam pemeliharaan Allah. Ishak dan keluarganya diberkati dengan melimpah (ayat.12-14), sampai menimbulkan kecemburuan orang-orang Filistin, bahkan Abimelekh pernah membela Ishak.

Abimelekh menyuruh Ishak pergi dari lingkungan mereka ke tempat baru bernama Gerar. Ishak berusaha menata lingkungan di sekitar mereka dengan membuka kembali sumur-sumur yang telah ditutup, akan tetapi tindakan tersebut menimbulkan pertengkaran. Akhirnya Ishak menemukan sumur yang bebas dari pertengkaran, dinamai Rehobot, yang berarti “Tuhan telah menolong mereka”.

Sebagaimana Ishak disertai dan diberkati Tuhan dengan luar biasa. Kitapun diingatkan, bahwa berkat itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi melalui ketaatan pada perintah Allah. Tuhan selalu setia, la menyatakan janji Nya bagi orang percaya. Kiranya kita menjadi saluran berkat bagi orang lain.

Renungan 28 Mei 2023

ROH KUDUS MENGUBAH KEHIDUPAN

Kisah Para Rasul 2 : 1- 4

Sebelum Tuhan Yesus naik ke sorga, Dia berjanji mengutus Roh Kudus sebagai penganti-Nya (Yoh.16:7). Janji yang disampaikan Yesus kepada para murid digenapi-Nya setelah Dia terangkat ke sorga. Penggenapan itu terjadi 50 hari setelah Hari Raya Paskah, inilah Hari Raya Pentakosta. Hari raya ini merupakan salah satu dari tiga hari raya tahunan yang utama (bdg. Ul.16:16), yaitu suatu hari raya pengucapan syukur atas hasil panen. Dalam Kisah Para Rasul 2:1-4 diceritakan, setelah kenaikan Yesus ke surga, para murid berkumpul di suatu tempat, kemungkinan di ruang atas suatu rumah tempat mereka menumpang dan dipakai untuk Perjamuan Terakhir (Kis 1:13). Dalam suasana sedih, takut dan serba tak menentu, mereka bertekun dalam doa sambil menanti janji kelengkapan kuasa. (bng. Luk. 24: 49). Ketika para murid sedang berkumpul, tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras dan tampaklah kepada mereka seperti lidahlidah api. Sesuatu seperti angin (Pneuma berarti roh), merupakan lambang dari kuasa Roh yang keberadaan-Nya tidak kelihatan (bnd. Yohanes 3:8), serta tanda kelihatan seperti lidah-lidah api melambangkan bahasa yang dipakai Tuhan untuk menyampaikan berita lnjil. Allah menunjukkan kehadiran-Nya dengan cara spektakuler, yakni api dan Roh Kudus Nya (ay.2). Dari bacaan ini, ada dua pelajaran yang dapat dipelajari. Pertama, Roh Kudus diberikan dalam rangka memperlengkapi pemberitaan lnjil. Kedua, peristiwa turunnya Roh Kudus ditandai oleh peristiwa pembebasan manusia dari ketakutan dan dinding pembatas baik suku, bangsa maupun bahasa. Allah menggunakan semua orang berdasarkan panggilan-Nya. Dengan hikmat, kuasa dan kewenangan dari Dia, tiap orang percaya dapat mengambil bagian dalam pemberitaan tentang perbuatan-perbuatan besar yang Allah lakukan.

Renungan 21 Mei 2023

KRISTUS DIMULIAKAN

Mazmur 19 : 2 – 4

Steady State Theory yang dicetuskan oleh H. Bondi, T. Gold dan F. Hoyle dan Quantum Universe Theory yang dicetuskan oleh W.L. Craig, mengatakan bahwa asal mula alam semesta tidak diciptakan oleh Allah. Kedua teori ini menjelaskan bahwa alam semesta tidak mempunyai awal dan tidak akan berakhir. Big Bang Theory yang dicetuskan oleh A. Friedman menyatakan bahwa alam semesta terjadi akibat dentuman besar. Tentu teori tersebut bertolak belakang dengan Mazmur 19:2 yang menyatakan, ‘Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.” Ayat ini dalam bahasa aslinya membahas keadaan sekarang, bukan masa lampau, yakni, langit ‘sedang menceritakan,” dan cakrawala “sedang memberitakan” karya Allah. Alkitab jelas mengatakan bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah (Kej.1:1; Maz. 33:6; 124:8; Yes.40:28; Yer.32:17; Yoh.1:3; Rm.1:20; Kol.1:16-17).

Banyak ilmuwan besar dunia yang dalam kecerdasannya tetap mengakui eksistensi dan karya Allah, antara lain: Michael Faraday (1791-1867) mengatakan the book of nature which we have to read is written by the finger of God. Isaac Newton (1643-1727) mengatakan jangan meragukan Sang Pencipta karena tidak dibayangkan bahwa kecelakaan saja bisa menjadi pengendali alam semesta ini; Johanes Keppler (1571-1630) dalam karyanya tentang astronomi menyinggung ruang dan benda langit mewakili Allah.

Hari ini kita berada dalam minggu pemuliaan Yesus. Yesus Kristus dimuliakan merujuk pada kenaikan-Nya ke surga (lih. Yoh.7:39). Makna teologis kenaikan Yesus adalah untuk menggenapkan dan menunjukkan kemuliaan serta kekuasaan Kristus Yesus atas seluruh ciptaan. la memerintah dan memelihara seluruh ciptaan. Dengan mengingatrayakan (Yun. anamnesis) kenaikan Yesus, marilah kita memelihara dan menjaga alam semesta ciptaan Tuhan. Soli Deo Gloria.

Renungan 21 Mei 2023

KEBANGKITAN KRISTUS MENJADI BERKAT BAGI SELURUH CIPTAAN

Lukas 24 : 13 – 17

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyelenggarakan KTT Bumi pada tanggal 3 Juni – 4 Juni 1992 di Rio de Jeneiro, Brazil. KTT Bumi diikuti oleh 172 negara dan dihadiri oleh 108 kepala negara dan 2400 perwakilan organisasi non pemerintah. Tujuan KTT Bumi adalah untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan skala global. Dalam KTT Bumi juga dirumuskan “Teologi Ciptaan” yang menyatakan bahwa seluruh ciptaan berharga di mata Tuhan dan manusia bertanggungjawab untuk memelihara dan mengelola alam ciptaan (bnd. Mazmur 104).

Dalam bacaan hari ini, diceritakan bahwa Yesus Kristus yang bangkit menjumpai dua orang murid-Nya yang sedang dalam perjalanan ke Emaus, namun mereka tidak mengenal-Nya, karena ada sesuatu yang menghalangi mata mereka (ay.16). Kesedihan yang mendalam, keegoisan dan pemahaman yang salah tentang pengharapan mesianik telah menghalangi mereka untuk mengenal Yesus yang saat itu berjalan bersama mereka. Di zaman modern ini, banyak orang telah dibutakan pikiran dan hatinya oleh kerakusan, keegoisan dan keserakahan, sehingga mengeksploitasi alam sedemikian rupa yang mengakibatkan kerusakan alam.

Perkembangan ilmu pengetahuan seperti perkembangan senjata nuklir, limbah industri, efek rumah kaca yang dapat menimbulkan gangguan ekologis, perubahan iklim ekstrim, peningkatan suku global; yang sejatinya membawa kebaikan bagi seluruh ciptaan, justru merusak manusia dan alam sekitar oleh karena kerakusan serta keegoisan manusia. Padahal Allah Sang Pencipta memerintahkan manusia untuk memelihara dan memberdayakan alam demi kesejahteraan ciptaan. Melalui kebangkitan Kristus, marilah kita menjaga, merawat dan melestarikan alam ciptaan Tuhan demi kebaikan dan kesejahteraan seluruh ciptaan. Soli Deo Gloria.

Renungan 7 Mei 2023

PENGHARAPANNYA MENGHIDUPI TERUS TINDAKAN KASIHNYA

1 Tesalonika 1: 2 – 5

Sewaktu di Korintus (Kis.17:1-18:5), Paulus mendapat kabar tentang kehidupan beriman jemaat di Tesalonika. Mendengar kabar tersebut, Paulus, Silas atau Silwanus, dan Timotius menyampaikan ungkapkan kegembiraan dan rasa syukur dalam suratnya kepada para pengikut Kristus di kota Tesalonika. Perasaan kagum akan kehidupan beriman jemaat di Tesalonika, membuat Paulus dan rekan-rekannya sering menyebut jemaat Tesalonika dalam doa.

Bersama kedua sahabatnya, Paulus menyakini bahwa oleh rahmat-Nya Allah telah memilih jemaat Tesalonika menjadi milik-Nya. Sebagaimana jemaat di Tesalonika, maka gereja juga telah dipilih dan menjadi milik Kristus. Oleh pekerjaan Roh Kudus, gereja hadir dalam dunia untuk disertakan dalam rencanaNya, yakni hidup menjadi model bagi orang percaya yang menanti kedatangan Yesus untuk membebaskan mereka dan menghukum orangorang berdosa (ay.10).

Jemaat Tesalonika memperlihatkan pekerjaan iman, kehidupan yang mengasihi, serta ketekunan pengharapan. Mereka berusaha sungguh-sungguh terdorong karena percaya kepada Kristus. Mereka berusaha untuk hidup mengasihi Allah dan sesama. Semua usaha itu dihidupi juga oleh keyakinan akan pengharapan, yakni keselamatan.

Orang-orang Tesalonika bukan hanya sekadar percaya, namun sungguh-sungguh yakin dan bergantung pada Kristus. Akhirnya, mereka menjadi model kehidupan beriman yang layak dijadikan teladan. Kiranya karena ketekunan akan pengharapan, gereja melalui warga jemaat membuahkan imannya dengan bergiat mengungkapkan rasa kasih kepada Allah dan sesama.

Peristiwa Paskah diyakini memberi spirit baru yang menghidupi dirinya tetap berkarya nyata dalam persekutuan dan masyarakat. Berbagai karya menghidupi cinta dan pengampunan Allah untuk membaharui kehidupan bersama dalam cita-cita keharmonian relasi perjumpaan antar manusia, juga manusia dengan semua ciptaan dalam saling mengasihi, serta bersama memelihara pengharapan akan keselamatan.