Bersama Alam Menantikan Kristus Dengan Sukacita!
Mazmur 96:11-13
Oleh: Pdt. E.Gerrit Singgih

Dalam masa Advent, biasanya kita mengharapkan damai yang akan terwujud di antara manusia, dan karena itu kita merasakan sukacita, yang akan memuncak pada masa raya Natal, pada hari kelahiran Tuhan Yesus Kristus, sang Juruselamat dunia. Sukacita kita sebagai manusia yang akan mengalami dampak dari tindakan penyelamatan dunia oleh Sang Mesias, Tuhan Yesus Kristus merupakan hal yang baik dan memang seharusnya demikian. Namun, kalau ditinjau dari keseluruhan pesan Alkitabiah, hal itu tidak mencukupi, oleh karena seluruh dunia terdampak oleh peristiwa kedatangan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Dia bukan hanya Juruselamat dunia manusia, melainkan Juruselamat semesta, dunia manusia dan dunia bukan manusia.
Maka dalam bacaan Mazmur di atas, kita melihat sukacita si pemazmur, yang berbicara mengenai sukacita dan sorak-sorai dari langit dan bumi, dari laut dan segenap isinya, dari padang, dari pohon dan hutan. Biarlah mereka bersukacita karena Tuhan Allah yang adalah Pencipta semesta akan datang untuk menyelamatkan ciptaanNya, baik manusia maupun bukan manusia. Dulu, sebelum kita mengalami dampak negatif dari kerusakan ekologi, misalnya banjir bandang di mana-mana, rujukan ke langit dan bumi yang bersukacita dan memuji Tuhan dianggap sebagai ungkapan puitis yang bersifat kiasan atau metaforis saja. Mana bisa pohon memuji Tuhan? Yang bisa memuji Tuhan (sambil merusak ciptaan Tuhan) adalah kita manusia.
Tetapi sekarang orang mulai berpikir, jangan-jangan paham bahwa rujukan ke alam yang memuji Tuhan, bukannya sekadar kiasan yang bersifat metaforis, melainkan mengungkapkan kebenaran yang terdalam mengenai hakikat ciptaan, yaitu bahwa kalau mereka diciptakan, maka wajar kalau mereka memuji Tuhan sang Pencipta? Jangan-jangan pemahaman kita mengenai ciptaan terlalu memusatkan perhatian kepada manusia sebagai mahkota ciptaan, dan karena itu merendahkan serta tidak menghargai ciptaan yang lain? Pemusatan perhatian kepada manusia sebagai yang istimewa ini disebut sikap yang antroposentrik, padahal rujukan ke penciptaan di Alkitab tidak hanya antroposentrik melainkan melampauinya dan merujuk kepada alam sebagai wujud-wujud ciptaan, yang dengan caranya sendiri (dan dengan bahasanya sendiri) memuji Allah.
Maka dalam masa Advent, biarlah kita memberi kesempatan kepada alam untuk memuji Tuhan yang akan datang untuk menyelamatkan alam juga. Kalau pohon sudah habis ditebang, bagaimana mereka mau memuji Tuhan? Mari kita belajar menghargai alam sebagai ciptaan Allah pada dirinya sendiri, dan tidak hanya melihat alam sebagai alat untuk memenuhi kepentingan-kepentingan manusia saja. Dalam ajaran gereja kita memang agak terbiasa kita berbicara mengenai manusia sebagai “mahkota ciptaan”, tetapi dalam seluruh Alkitab, juga di Mazmur 8 yang biasanya dianggap mengandung makna ini, tidak ada rujukan ke ungkapan manusia sebagai mahkota ciptaan. Sebenarnya Kristuslah yang adalah Kepala seluruh alam semesta, seperti kata Surat Kolose (Kol. 1:15-23). Manusia dan Alam (manusia juga termasuk alam!) adalah kedua-duanya ciptaan Tuhan, yang menantikan keselamatan penuh dari kedatangan Kristus dalam masa Advent. Amin. []egs