Refleksi Advent IV

Teologi Persidangan Gerejawi

Cintailah Keluargamu!
I Yohanes 4.10-11
Oleh: Pdt. Roro Diah Kusumawati – Roni

Saat ini kita hidup di dalam kondisi “Harmoni Digital dalam Modernitas”, dimana dalam era modern yang didominasi oleh kemajuan teknologi, peran keluarga sangatlah penting namun menghadapi tantangan baru. Beberapa di antaranya adalah kesulitan dalam menjaga kualitas interaksi dan waktu bersama karena adanya tuntutan pekerjaan yang tinggi pada orang tua, jadwal sekolah, aktivitas anak-anak yang padat, banyaknya kegiatan yang dilakukan para istri, intensitas penggunaan gadget, serta ketergantungan pada media sosial. Kurangnya waktu bersama yang berkualitas menyebabkan terputusnya hubungan emosional, peningkatan resiko ketidakpahaman, bahkan konflik antar keluarga. Berhadapan dengan situasi yang pelik seperti ini, maka “Harmonisasi hubungan keluarga” sangatlah dibutuhkan.

Ada sebuah syair lagu OST sebuah Film yang berjudul “Keluarga Cemara” yang berbunyi “Harta yang paling berharga adalah keluarga. Istana yang paling indah adalah keluarga. Puisi yang paling bermakna adalah keluarga. Mutiara tiada tara adalah keluarga”. Mereka dikenal dengan keluarga yang ideal meski hidup dalam kesederhanaan namun keluarga ini bertumbuh dalam kasih sayang yang tinggi, serta erat satu sama lain. Saling mengayomi dan saling menerima satu sama lain.

Dalam kehidupan Kekristenan pun kita mengenal “Keluarga Nazaret” yaitu Yusuf, Maria dan Yesus, yang dapat kita jadikan teladan dalam 3 hal. Pertama, “Keluarga Nazaret” menunjukkan pentingnya keteladanan hubungan antara suami-istri. Pasangan Yusuf dan Maria memperlihatkan komitmen, kesetiaan, dan saling menghormati dalam menjalani perkawinan, serta hubungan suami-istri yang kuat dan penuh kasih merupakan landasan yang penting dalam membentuk keharmonisan keluarga. Bahkan konteks tantangan perubahan budaya dan tuntutan gender, keluarga Nazaret mengajarkan nilai-nilai kesetaraan, saling membantu, dan saling mendukung.

Kedua, “Keluarga Nazaret” menunjukkan pentingnya keteladanan peran orang tua dalam mendidik anak-anak. Yesus sebagai anak tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih sayang, pemahaman dan pendidikan yang baik. Maria dan Yusuf menjalankan perannya dengan baik sebagai orang tua yang bertanggung jawab dalam membimbing dan membesarkan Yesus. Mereka menunjukkan pentingnya memberikan arahan moral, nilai-nilai agama dan pendidikan yang seimbang kepada anak. Dalam era modern yang penuh dengan tantangan teknologi dan perubahan sosial, “Keluarga Nazaret” menginspirasi para orang tua untuk meluangkan waktu dan perhatian yang cukup dalam mendidik anak-anak mereka.

Ketiga, “Keluarga Nazaret” menunjukkan pentingnya keteladanan nilai-nilai kesederhanaan, kerendahan hati dan pelayanan dalam kehidupan keluarga. “Keluarga Nazaret” hidup sederhana dan bersahaja, tidak terjebak dalam gaya hidup hedon, materialisme dan konsumerisme yang sering menjadi ancaman dalam keluarga di era modern. Mereka menginspirasi kita bahwa kebahagiaan keluarga bukanlah terletak pada harta benda dan kekayaan materi saja namun ada esensi lain di luar itu yaitu kualitas hubungan antara anggota keluarga dan pelayanan kepada sesama.

“Keluarga Nazaret” menjadi figur keluarga ideal dalam tradisi Kekristenan dan memberi pelajaran yang sungguh berharga bagi kita semua, keluarga modern dalam menghadapi tantangan kehidupan. Keluarga-keluarga masa kini haruslah mengembangkan hubungan yang kuat dan harmonis melalui pengalaman nilai-nilai seperti komitmen, kesetiaan, saling menghormati, pendidikan yang baik, kesederhanaan, kerendahan hati, dan pelayanan. Bahkan “Keluarga Nazaret” mengajarkan kepada kita tentang pentingnya kasih sayang, pengorbanan, kesetiaan dan ketundukan kepada kehendak Tuhan serta cara mengatasi berbagai tantangan dengan iman yang teguh dan saling mendukung. Dengan demikian, hendaklah keluarga-keluarga masa kini menjadi tempat dibangunnya karakter dan iman yang kokoh, tempat di mana komunikasi yang baik menjadi prioritas, serta saling bersedia untuk berubah demi kebaikan satu sama lain.

Marilah saudara, di Minggu Advent IV ini, bersama berkomitmen untuk membagikan cinta kasih kepada seluruh ciptaan Tuhan, yang kita mulai dengan mencintai keluarga kita, baik keluarga inti, keluarga besar, maupun keluarga di dalam Tuhan. Kiranya Roh Allah sendiri yang menguatkan kita semua untuk selalu berjalan bersamaNya, Sang Cinta Abadi. []rdk

KELUARGA*

Kita terlahir ke dunia begitu saja, tanpa bisa memilih rupa, di mana, atau dari rahim siapa.

Kita menangis seketika menyadari hidup tidaklah sesederhana tampaknya, dengan begitu banyak Duka serta Derita.

Kita lalu lupa bahwa ada banyak yang berjasa, sehingga kita mengada dan terus tumbuh menjelma Jadi dewasa.

Kita alpa pada susu Ibunda, pada keringat Papa, pada semua jerih payah mereka.

Orang tua, selalu diuji coba dengan tawa dan tangis anaknya, yang tercipta dari jiwa-jiwa Pengelana.

Anak Manusia, kadang melupakan Asal Mula, demi sebuah pengakuan fana.

Janganlah kecewa, Jangan berduka, Ketika di hari tuamu kau tak memiliki siapapun.

Itu semua sudah lumrah, karena Keluarga bukanlah perkara Ikatan Darah, Melainkan ke mana Hatimu selalu mengarah.


*dikutip dari Dini Afiandri dalam
“Antologi Puisi: Keluarga, Tuhan dan Cinta
(Versi Seorang Manusia Biasa)”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *