KESAN PENGUNJUNG GPIB MARGA MULYA YOGYAKARTA

PPSDI

Oleh: Dkn. Dios Yarona Larosa

Foto: Para pengunjung ke GPIB Marga Mulya Yogyakarta, dari Mahasiswa dan Alumni Beasiswa Van Deventer-Maas Indonesia

Rabu, 21 Februari 2024 – GPIB Marga Mulya kembali memberikan arti toleransi melalui perkunjungan beberapa mahasiswa dan alumni dari Beasiswa Van Deventer-Maas Indonesia. Mereka berasal dari berbagai kota di Indonesia (Medan, Riau, Bogor, Makassar, Palangkaraya, Yogyakarta, Surabaya, Bali dan Sumba) dan sedang melakukan kegiatan Writing Workshop dengan topik Heritage Yogyakarta. Mereka disambut oleh Ari (salah satu pegawai GPIB Marga Mulya Yogyakarta).

Kegiatan dimulai dengan perkenalan mengenai Gedung Gereja hingga kegiatan GPIB Marga Mulya Yogyakarta saat ini. Mereka sangat antusias dan bertanya mengenai beberapa hal terkait GPIB Marga Mulya yang masih sangat otentik dalam bangunan khas Belanda. Beberapa di antaranya bahkan mengatakan bahwa kunjungan tersebut adalah pengalaman pertama masuk di gereja. Berikut cuplikan beberapa testimoni kesan yang disampaikan

“Sebenarnya, mengunjungi gereja udah lama jadi bagian dari wishlist aku tapi belum sempat terkabul. Sampai akhirnya, ada kesempatan dan itu di GPIB Marga Mulya. Yang jelas, pertama itu takjub. Masuk area utama gereja dengan perasaan aneh yang ga bisa digambarkan sebenernya. Membayangkan setiap jemaat yang konsisten ibadah di sini ketika duduk di salah satu kursinya, itu beruntung. I don’t mind awalnya tentang arsitektur gereja yang mungkin bersejarah karena itu ga akan bisa terasa kecuali dikelola dengan baik. Dan itu ada di sana, pengelolanya bisa menjaga itu. Apalagi, ramah tamahnya tidak kaku akan sebuah entitas gereja ke golongan lain. Great experience to have this church as my first visited one.”Tanzil (penjungung asal Lumajang)

“Kesan saya saat mengunjungi GPIB Marga Mulya adalah menyenangkan. Saya juga takjub dengan bangunan gereja yang ternyata sudah dibangun dari masa Belanda. Arsitekturnya kuno tetapi masih terawat. Selain itu, keberadaan gereja di kawasan Malioboro juga membuat penempatan gereja ini strategis bagi yang ingin berkunjung atau beribadah. Penjelasan dari salah satu pengurus gereja juga membantu memahami sejarah berdirinya gereja. Penyambutan yang ramah ini yang membuat kunjungan ke gereja menjadi berkesan bagi saya yang beragama muslim.” – Dea (pengunjung asal Riau).

Foto: Suasana dialog para pengunjung dengan salah seorang pegawai GPIB Marga Mulya, yang sedang memperkenalkan tentang GPIB Marga Mulya Yogyakarta

“Kesannya seneng secara pribadi karena gedung gerejanya tetap menjaga otentisitas meskipun ada penambahan di dalemnya. Rasanya adem, bersih dan nyaman. Bapaknya kemaren juga ramah dan care buat cerita sejarah mengenai perkembangan gereja, hingga ditunjukan arsip-arsip foto yang ada di belakang. Kegiatan gerejanya keren banget, menjunjung toleransi dan juga menjalin hubungan baik sama masyarakat tanpa memandang latar belakang mereka” – Bintang (pengunjung dari Ambarawa)

Vibes Belanda yang masih dilestarikan oleh pihak Gereja GPIB Marga Mulya memberi suasana yang berbeda, mengajak nostalgia serta menambah pengertian tentang sejarah Gereja di daerah Malioboro. Kak Ari dengan rinci menceritakan detail-detail setiap sudut Gereja. Terakhir diberikan salam lewat welcome card. Hangat dan penuh kasih ” – Yosefine (pengunjung dari Medan)

Itulah sebagian testimoni kesan dari para pengunjung yang adalah mahasiswa dan alumni dari Beasiswa Van Deventer-Maas Indonesia. Sampai saat ini, GPIB Marga Mulya masih mempertahankan jati diri sebagai Cagar Budaya dan Gereja Inklusif. Kita berharap semakin banyak kegiatan yang memberikan pengertian bahwa Gereja sejatinya bukan sekadar rumah ibadah bagi umat Kristiani tetapi juga terbuka untuk siapapun yang ingin mengunjunginya bahkan berdialog bersama sebagai warga negara dan warga dunia ciptaan Sang Maha Kuasa []dyl & brh