Oleh: Pdt. Boydo Rajiv Hutagalung
Foto: Sebagian Pegawai Majelis Jemaat GPIB Marga Mulya berfoto bersama Pdt. Boydo Rajiv Hutagalung setelah ibadah pembukaan pekan kerja, Selasa 18 Juni 2024. Ibadah tersebut dilaksanakan setiap Hari Selasa pukul 08.00, dan renungannya dilayani secara bergantian oleh Pelaksana Harian Majelis Jemaat (PHMJ)
Sesuai dengan ajaran Bapak Gereja, Yohanes Calvin, semua pekerjaan adalah pelayanan kita untuk kemuliaan Tuhan. Semua pekerjaan yang ditujukan untuk mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri, keluarga, dan orang banyak adalah berharga di mata Tuhan.
Namun demikian, etos kerja dalam pekerjaan di lingkup gereja agak berbeda dengan di tempat lainnya. Hal ini dikarenakan pekerjaan di gereja menuntut nilai kerelaan yang lebih besar dari pada di tempat lainnya. Di tempat lain, misalnya dalam bidang pekerjaan bisnis, kita harus memikirkan pencarian keuntungan dan tidak boleh rela rugi (tentu dalam batasan yang wajar). Tetapi di gereja tujuan utamanya adalah untuk pertumbuhan kerohanian serta sosial kemanusiaan. Hal ini tidak bisa dikerjakan hanya dengan pendekatan atau sikap-sikap sekuler pada umumnya. Pekerjaan-pekerjaan di gereja memang harus memanfaatkan ilmu-ilmu sosial, sains, IT, dan disiplin umum lainnya. Tetapi dalam aplikasinya di gereja, kita harus mengintegrasikan antara etos kerja profesional dan juga nilai-nilai spiritual Kekristenan.
Misalnya, kalau di tempat lain orang bekerja dengan hitung-hitungan untung-rugi, di gereja tidak layak kita bermental demikian. “Kalau tugas saya sudah selesai, ngapain saya bantuin teman pegawai yang lain, itu kan tugasnya dia. Ngapain saya merapikan bagian gereja di sebelah sana, mending saya nongkrong, baring-baring buka medsos. Kalau saya bekerja ekstra, belum tentu saya mendapat tambahan honor. Lagian kalaupun lembur, jumlahnya tak seberapa.”
Mentalitas seperti ini tidak cocok bekerja di lembaga seperti gereja, sebaiknya bekerja di tempat yang bisa lebih mengakomodir karakter untung-rugi.
Dalam 2 Korintus 8:1-7 Rasul Paulus dengan cara yang halus hendak mengingatkan jemaat Korintus yang agak pelit dalam berbagi atau memberi kepada jemaat lain dan suka menunda-nunda realisasi pelayanan kasih. Agak terkesan membanding-bandingkan satu jemaat dengan jemaat lainnya, namun hal itu harus ditempuh Rasul Paulus demi menyadarkan jemaat Korintus. Paulus menceritakan bahwa jemaat di Makedonia (Filipi, Tesalonia, Berea) yang sebenarnya adalah jemaat-jemaat kecil, secara finansial sangat terbatas, bahkan sedang punya pergumulan berat karena penganiayaan yang dilakukan oleh masyarakat setempat, namun kondisi keterbatasan tersebut tidak menghambat mereka untuk menyatakan kasih yang tak terbatas. Ketika jemaat-jemaat Makedonia mendengar bahwa jemaat pusat di Yerusalem sedang mengalami kesusahan, kelaparan, penindasan, mereka berusaha untuk sedapat mungkin ikut berpartisipasi menolong jemaat di sana. Mereka “patungan”, mengumpulkan uang dan dititipkan kepada Paulus agar diserahkan kepada jemaat di Yerusalem.
Jadi, Rasul Paulus hendak mengedepankan nilai pengorbanan, kepedulian, dan kerelaan yang dimiliki oleh jemaat-jemaat Makedonia. Dalam 2 Korintus 8:8-9, Paulus berharap bahwa dengan menceritakan keteladanan jemaat-jemaat Makedonia, jemaat Korintus yang kaya dan berlimpah itu dapat berefleksi dan mengintrospeksi kualitas kerelaan atau keikhlasan mereka dalam memberikan pelayanan. Paulus juga menggugah kesadaran jemaat Korintus untuk mengingat bahwa Tuhan sudah rela menjadi miskin dengan menjadi manusia yang amat sederhana, demi untuk menyelamatkan manusia, termasuk jemaat Korintus. Secara tidak langsung, Paulus seolah mau mengatakan, “Tuhan sudah rela memberikan dirinya bagi kamu, Ia tidak hitung-hitungan, masa sih kamu dalam melayani tidak ikhlas dan hitung-hitungan banget.”
Melalui firman Tuhan ini, hendaklah kita semua juga menyadari bahwa pekerjaan pelayanan kita di gereja harus mengedepankan nilai kerelaan untuk memberi diri dan sukacita memberi pelayanan terbaik. Jangan kita bersungut-sungut dengan pekerjaan yang diberikan kepada kita. Jangan suka hitung-hitungan jika ada pekerjaan ekstra yang perlu dilakukan. Jangan pula kita menghindar saat diberikan suatu kepercayaan pelayanan kepada kita. Ingatlah bahwa pelayanan yang kita kerjakan sekarang adalah pemberian Tuhan. Ini semua adalah karena kasih karunia dari Tuhan. Ia telah dan terus memberikan berkat kepada kita, maka berikanlah yang terbaik dalam pelayanan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan. Percayalah orang yang bekerja dengan keikhlasan dan kerelaan, maka ia akan beroleh kebahagiaan oleh karena berkat Tuhan. Semangat melayani dengan sepenuh hati. Amin! []brh
*disampaikan dalam Renungan Ibadah Pembukaan Minggu Pelayanan bagi Pegawai Majelis Jemaat GPIB Marga Mulya, Selasa, 18 Juni 2024