Oleh : Pdt. Boydo Rajiv Hutagalung (Pendeta Jemaat GPIB Marga Mulya, Yogyakarta)
Beberapa tahun belakangan, GPIB Marga Mulya Yogyakarta memiliki jalinan kebersamaan yang semakin erat dengan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang ada di Yogyakarta. JAI mengundang GPIB untuk hadir dalam beberapa kegiatan mereka, seperti Peringatan Sirah An-Nabi (November 2022), Peringatan Hari Masih Mau’ud A.S. yang dirangkaikan dengan Buka Puasa Bersama dan Kajan Al-Qur’an (Maret 2024 dan Maret 2025). Sebaliknya GPIB juga mengundang JAI untuk hadir dalam beberapa kegiatan di GPIB, seperti Refleksi Kelahiran Yesus Menurut Alkitab dan Al Qur’an (Desember 2023), Dialog Lintas Iman Dalam Rangka HUT 167 GPIB Marga Mulya (Oktober 2024), dan Aksi Damai Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (Desember 2024).

Minggu, 23 Maret 2025 kemarin, JAI kembali mengundang GPIB MM dalam acara Buka Puasa Bersama yang didahului dengan Pengajian. Pdt. Boydo Rajiv Hutagalung, turut hadir mewakili GPIB MM.
Acara didahului dengan pembacaan ayat Al Qur’an, kemudian dilanjutkan dengan materi pengajian disampaikan oleh Bp.Abdul Rozzaq yang membahas tentang “Peringatan Hari Masih Mau’ud a.s.”. Beliau menjelaskan bahwa “Peringatan Masih Mau’ud” adalah memperingati janji kedatangan Almasih di akhir zaman. Barangkali bisa dibandingkan seperti peringatan “Hari Advent” dalam tradisi Kristen. Namun perbedaannya adalah dalam perspektif Ahmadiyah, yang menjadi sosok Almasih atau Imam Mahdi adalah Mirza Ghulam Ahmad, tokoh pendiri Ahmadiyah.
Tentu ini sangat berbeda dengan keyakinan Iman Kristen yang mengimani pemenuhan janji kedatangan Almasih/Mesias adalah pada diri Yesus. Oleh karena sebagian kecil undangan adalah beragama Kristen (di antaranya Pdt. Boydo Hutagalung, Pdt. Elga Sarapung, dan salah satu utusan Gereja Katolik Kristus Raja, Baciro), pemateri dengan kerendahan hati menyampaikan mohon maaf jika menyinggung perasaan umat Nasrani dan memberi penjelasan tentang hal yang merupakan perbedaan. Beliau mengharapkan agar perbedaan dogma atau tafsir keagamaan tidak menjadi hambatan untuk mewujudkan kebersamaan masyarakat yang toleran dan rukun.
Pdt. Elga Sarapung, mewakili Dian/Interfidei, juga mendapat kesempatan untuk menyampaikan kesan dan pesan dalam acara Peringatan Hari Mau’ud a.s. tersebut. Pdt. Elga, yang juga merupakan bagian dari keluarga GPIB Marga Mulya, menyemangati semua hadirin agar pemahaman iman harus diamalkan dengan mengutamakan prinsip persaudaraan lintas iman dan mengutamakan kerja sama dalam bidang kemanusiaan serta kelestarian lingkungan hidup.
Acara dilanjutkan dengan doa bersama menurut keyakinan agama masing-masing dan makan-minum bersama. Para undangan menikmati jamuan yang disediakan sambil berbincang satu sama lain.
Meskipun berbeda keyakinan, namun persaudaraan dan kebersamaan tetap harus dijaga. GPIB Marga Mulya sebagai bagian dari GPIB memiliki visi “menjadi Gereja yang mewujudkan damai sejahtera Allah bagi seluruh ciptaan-Nya”. Salah satu upaya mewujudkan damai sejahtera adalah dengan melakukan dialog dan kerja sama lintas iman. Selain itu, salah satu butir misi GPIB adalah “menjadi Gereja yang hadir sebagai contoh kehidupan, yang terwujud melalui inisiatif dan partisipasi dalam kesetiakawanan sosial serta kerukunan dalam masyarakat”. Artinya setiap warga jemaat dan GPIB sebagai organisasi hendaknya memiliki inisiatif untuk melakukan perjumpaan lintas iman serta mau turut dalam kolaborasi bersama yang berbeda keyakinan. Semua dilakukan hanya untuk kemuliaan nama Tuhan dan kasih terhadap sesama dan alam ciptaan. []brh